empty
17.03.2025 02:23 PM
Fed melawan perang dagang. Bisakah kebijakan moneter menyelamatkan ekonomi?

This image is no longer relevant

Volatilitas Pasar dan Kekhawatiran yang Meningkat

Pasar saham AS terus mengalami gejolak yang didorong oleh ketidakpastian seputar sikap Donald Trump terhadap tarif impor. Para investor dengan antusias menantikan pertemuan Federal Reserve minggu depan, berharap mendapatkan petunjuk terkait kemungkinan penurunan suku bunga yang dapat membantu menstabilkan pasar, yang saat ini sedang mengalami salah satu periode terberat tahun ini.

Penurunan Saham: Miliaran Dipertaruhkan

Penjualan pasar belakangan ini telah mencapai tingkat kritis: pada hari Kamis, S&P 500 (.SPX) secara resmi memasuki wilayah koreksi, setelah turun lebih dari 10% dari rekor tertingginya pada 19 Februari. Meskipun terbentuk rebound tajam pada hari Jumat, kapitalisasi pasar turun lebih dari $4 triliun selama seminggu. Saham yang paling terpukul termasuk perusahaan besar seperti Nvidia (NVDA.O) dan Tesla (TSLA.O), yang keduanya mengalami penurunan signifikan.

Pertemuan Fed: Apa yang Diharapkan Pasar?

Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi, para investor dengan cermat memantau langkah kebijakan Fed. Semakin intensnya perang dagang Trump hanya menambah ketidakpastian, membuat proses pengambilan keputusan bank sentral AS menjadi semakin penting.

Mayoritas analis memperkirakan bahwa Fed akan mempertahankan level suku bunga acuan pada pertemuan hari Rabu. Namun, fokusnya akan tertuju pada pesan Fed—para investor mengantisipasi petunjuk mengenai kemungkinan penurunan suku bunga akhir tahun ini. Setiap sinyal dovish dapat memainkan peran kunci dalam memulihkan kepercayaan di Wall Street dan mencegah berlanjutnya penurunan pasar.

Situasi tetap tegang karena ketidakpastian seputar kebijakan tarif dan keputusan moneter memaksa para investor untuk berhati-hati. Minggu-minggu mendatang akan memberikan jawaban apakah Fed dapat menemukan cara untuk memulihkan stabilitas pasar.

Inflasi Melambat, tetapi Fed Tetap Berhati-hati terhadap Penurunan Suku Bunga

Data harga konsumen terbaru telah memberikan sedikit kelegaan bagi pasar, karena tekanan inflasi mereda, memicu harapan untuk penurunan suku bunga. Namun, meskipun inflasi melambat dibandingkan tahun 2022, ketika Fed meluncurkan siklus pengetatan moneter yang agresif, inflasi tetap di atas target 2%.

Pada saat yang sama, indikator makroekonomi yang lemah baru-baru ini dapat memainkan peran menentukan dalam membentuk agenda kebijakan masa depan Fed. Jika data ekonomi terus mengecewakan, bank sentral akan memiliki lebih banyak alasan untuk terus melonggarkan kebijakan.

Pasar Mengantisipasi Pesan Dovish dari Fed

Para investor sudah memperhitungkan penurunan suku bunga yang tajam. Fed fund futures saat ini memproyeksikan total penurunan sekitar 75 basis poin sepanjang tahun 2025. Dengan level suku bunga dana federal yang saat ini sebesar 4,25%–4,5%, pasar memperkirakan bahwa Fed akan dipaksa untuk melonggarkan kebijakan moneter di tengah memburuknya kondisi makroekonomi.

Semua mata akan tertuju pada pernyataan pasca-pertemuan Ketua Fed Jerome Powell, karena nada dan panduannya akan memberikan pasar gambaran yang lebih jelas terkait langkah selanjutnya dari bank sentral dan prospek ekonomi AS.

Ketakutan di Wall Street Meningkat

Sementara para investor mengantisipasi penurunan suku bunga, beberapa analis terkemuka menjadi lebih berhati-hati dalam prediksi mereka. Lembaga keuangan besar merevisi prediksi mereka untuk pasar saham AS.

Goldman Sachs telah menurunkan target akhir tahun 2025 untuk S&P 500 dari 6.500 menjadi 6.200 poin, sementara Yardeni Research telah menyesuaikan proyeksi optimisnya dari 7.000 menjadi 6.400 poin. Sementara itu, S&P 500 ditutup pada 5.638,94 pada hari Jumat.

Revisi ke bawah ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan ekonomi dan potensi tekanan pada pendapatan perusahaan. Dalam beberapa bulan ke depan, pergerakan pasar akan bergantung pada keputusan kebijakan Fed, perkembangan geopolitik, dan jalur inflasi.

Gejolak Pasar: Volatilitas Mencapai Level Tertinggi Sejak Agustus

Pasar saham terus diperdagangkan di bawah volatilitas ekstrem, dengan lonjakan Indeks Volatilitas Cboe (.VIX) ke level tertinggi sejak Agustus awal minggu ini sebelum sedikit mundur. Para investor merasa gelisah karena prospek ekonomi yang tidak jelas dan kekhawatiran kebijakan perdagangan yang sedang berlangsung.

Perang Dagang Kembali: Tarif Impor Dapat Memengaruhi Perusahaan dan Konsumen

Minggu depan, para investor pasti akan memantau berita terkait konflik perdagangan yang sedang berlangsung. Para analis memperingatkan bahwa tarif impor yang baru dapat merugikan pendapatan perusahaan dan menaikkan harga konsumen.

Peningkatan terbaru terjadi setelah pada hari Kamis Donald Trump mengumumkan bahwa ia sedang mempertimbangkan tarif 200% pada anggur dan minuman beralkohol Eropa. Langkah ini merupakan tanggapan terhadap keputusan Komisi Eropa sehari sebelumnya untuk memberlakukan tarif balasan pada barang-barang AS senilai $28 miliar. Langkah UE ini dipicu oleh tarif AS yang ada pada impor baja dan aluminium.

Apakah Fed Mengambil Posisi Belakang? Politik Menjadi Pusat Perhatian

Dalam beberapa tahun terakhir, Federal Reserve telah memainkan peran kunci dalam membentuk sentimen pasar, tetapi sekarang, masalah geopolitik dan perdagangan menjadi faktor yang semakin dominan.

Menurut Nathan Toft, Chief Investment Officer di Manulife Investment Management, bulan-bulan mendatang akan disertai dengan risiko politik, yang dapat membebani pasar keuangan.

Emas Bertahan di Sekitar $3.000 per Troy Ounce

Di tengah meningkatnya perang dagang dan ketegangan geopolitik, para investor terus mencari perlindungan di logam mulia.

Pada hari Senin, harga emas tetap sedikit di bawah level bersejarah $3.000 per ounce, yang sempat terlampaui akhir pekan lalu.

Pada pukul 07:15 GMT, emas spot naik 0,1% menjadi $2.988,68 per ounce. Pada hari Jumat, emas melampaui batas $3.000 untuk pertama kalinya dalam sejarah, mencapai rekor $3.004,86 per ounce.

Dengan pasar yang tetap sangat volatil, para investor dengan cermat memantau perkembangan, mencoba mengantisipasi pemicu berikutnya untuk ekonomi global.

Jejak dari Perang Dagang: Sentimen Konsumen Memburuk

Kekhawatiran bahwa kebijakan tarif agresif Trump dapat memicu inflasi dan merugikan pertumbuhan ekonomi kembali menjadi sorotan.

Data terbaru mengungkapkan bahwa sentimen konsumen pada bulan Maret turun ke level terendah dalam dua setengah tahun. Pada saat yang sama, ekspektasi inflasi meningkat, memperkuat kekhawatiran para analis bahwa harga impor yang lebih tinggi dapat menekan ekonomi dan melemahkan daya beli konsumen.

Resesi: Tak Terhindarkan atau Hanya Koreksi Sementara?

Sementara Wall Street memperdebatkan risiko perlambatan ekonomi, Menteri Keuangan AS Scott Bessent membuat pernyataan ambigu, menunjukkan bahwa resesi penuh belum tentu pasti terjadi, meskipun ekonomi tetap mungkin melambat. Pernyataannya meninggalkan ruang untuk penafsiran, menyoroti ketidakpastian seputar arah masa depan ekonomi.

Rally Emas: Putaran Bullish Lainnya?

Terlepas dari gejolak ekonomi, logam mulia menegaskan kekuatannya. Emas, yang umumnya dipandang sebagai aset safe-haven selama masa gejolak, telah naik sekitar 14% sejak awal tahun 2025.

Para analis teknikal menyatakan bahwa tren jangka pendek tetap bullish, dengan level resistance kunci di $3.016 dan $3.030 per ounce. Mengingat risiko makroekonomi yang terus-menerus, para investor semakin beralih ke emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Semua Mata Tertuju pada Pertemuan Kebijakan Penting Fed pada Hari Rabu

Pertemuan Federal Reserve mendatang pada hari Rabu sekarang menjadi fokus utama bagi pasar. Pertanyaan kuncinya adalah apakah Fed akan mempertahankan sikapnya saat ini atau memberikan petunjuk terkait kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Proyeksi inflasi dalam dot plot yang diperbarui dan konferensi pers Ketua Fed Jerome Powell akan menjadi krusial. Jika Powell menyatakan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi dari tarif, itu bisa menjadi katalis untuk berlanjutnya kenaikan dalam harga emas.

Logam Lain Juga Naik

Antisipasi keputusan Fed tidak hanya mendorong naik harga emas—logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan:

  • Perak spot naik 0,1% menjadi $33,81 per ounce.
  • Platinum naik 0,4%, diperdagangkan pada $997,04 per ounce.
  • Palladium naik 0,4% menjadi $969,22 per ounce.

Pergerakan ini mencerminkan permintaan yang kuat terhadap aset-aset safe haven, mengonfirmasi tingginya tingkat ketidakpastian dalam ekonomi global. Dalam beberapa hari ke depan, para investor akan terus mengamati dengan cermat perkembangan peristiwa, yang membentuk jalur masa depan pasar keuangan.

Gleb Frank,
Analytical expert of InstaTrade
© 2007-2025
Tidak bisa bicara sekarang?
Tanyakan pertanyaan anda lewat chat.
 

Dear visitor,

Your IP address shows that you are currently located in the USA. If you are a resident of the United States, you are prohibited from using the services of InstaFintech Group including online trading, online transfers, deposit/withdrawal of funds, etc.

If you think you are seeing this message by mistake and your location is not the US, kindly proceed to the website. Otherwise, you must leave the website in order to comply with government restrictions.

Why does your IP address show your location as the USA?

  • - you are using a VPN provided by a hosting company based in the United States;
  • - your IP does not have proper WHOIS records;
  • - an error occurred in the WHOIS geolocation database.

Please confirm whether you are a US resident or not by clicking the relevant button below. If you choose the wrong option, being a US resident, you will not be able to open an account with InstaTrade anyway.

We are sorry for any inconvenience caused by this message.